Sehat Dan Aktif Di Usia Lanjut, Ini Rahasia Ibuku

Penasaran?

Sebelum ada yang bertanya seberapa lanjut umur saya, disini yang akan dibahas adalah Ibu saya, jelas yaa...
Well, lemme tell you a brief story about my 71 years old Mom whom I very proud of.

Seorang ibu rumah tangga yang baru berhenti beraktivitas hanya saat tidur. Selebihnya selalu ada saja yang dikerjakan. Seakan belum cukup mengurus rumah tangga 24/7 (tanpa dibantu ART), beliau masih punya kesibukan lain diluar peran utamanya.Yes, seaktif itu. Usianya berapa?

Kesibukan Di Luar Rumah
Sepanjang ingatan saya, Ibu selalu aktif. Ketika saya masih balita, tiap ada waktu luang beliau sibuk “bebikinan” di dapur, baik masak maupun baking. Saya masih ingat sekilas karena dulu sering diajak membantu sekaligus sambil bermain. Saat saya TK hingga SD, Ibu saya aktif kembali sebagai arsitek (sesuai background pendidikannya) meskipun hanya freelance, dan tak pernah absen mengantar-jemput anaknya dari sekolah setiap hari. Masa saya SMP sampai SMU, beliau “berubah haluan” ke kegiatan PKK hingga tingkat walikota. Hari-harinya disibukkan dengan mengikuti berbagai lomba, bazaar, serta mengajar kursus keterampilan dimana-mana. Saya kuliah hingga awal-awal bekerja, Ibu sudah mengurangi kegiatannya di PKK untuk fokus di kegiatan sosial bidang kesehatan. 

Menjadi kader Posyandu sudah dilakoninya lebih dari 30 tahun, dan berlangsung hingga hari ini. Bahkan beberapa tahun belakangan Posyandu bertempat di rumah kami, yang artinya Ibu saya lebih repot (dibanding kader lain) harus mempersiapkan tempat sebelum kegiatan dan membereskan setelahnya. Semasa pandemi memang Posyandu ditiadakan, tapi Ibu saya tak berhenti dengan tetap memberi penyuluhan ke masyarakat di sekitar rumah. Selain info gizi dan pertumbuhan anak, tentunya sekarang ditambah dengan penyuluhan 3M khususnya tentang memakai masker. Sejak PSBB frekuensi keluar rumah beliau justru lebih banyak dibanding saya; kadang ke bank, supermarket, atau sekedar belanja ke tukang sayur di gang belakang rumah. Tidak bisa saya larang juga karena menjadi “hiburan” bagi beliau agar tidak stress di rumah terus.


“Penguasa” Rumah
Beliau seorang koleris tulen, maka tak heran kalau di rumah kami berlaku “everything should be under her rule.” *grin*

Rumah kami tidak terlalu besar, tapi untuk mengurusnya cukup melelahkan jiwa raga. Maklum rumah tua, ada saja permasalahannya. Dan.. Ibu saya tidak bisa tinggal diam kalau melihat di rumah ada yang tidak beres atau tidak bersih. Sebagai supermom yang serba bisa, beliau selalu berusaha mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari urusan listrik, saluran air, bahkan naik ke genteng pun dijabanin kalau tidak saya larang. See? Active mom yang sebenar-benarnya, membuat saya khawatir beliau kelelahan.

Si kucing manja kesayangan Ibu saya


Selain mengurus rumah, ada kucing-kucing peliharaan yang semuanya “nempel” ke Ibu saya. Manja dan selalu minta diperhatikan, makan pun lahap jika beliau yang kasih makan (giliran saya yang kasih makan kadang dicuekin, hiks...). Seakan belum cukup, masih ada kebun yang perlu diurus. Yup, Ibu saya memang hobi berkebun karena semasa kecil terbiasa bercocok tanam di rumah neneknya. Kebun di rumah kami bukan yang ditata cantik estetik dengan tanaman kekinian, tapi diutamakan tanaman yang menghasilkan seperti buah, sayuran, atau dedaunan dan umbi untuk bumbu masak. Lumayan, di masa pandemi begini makin terasa manfaatnya untuk ketahanan pangan keluarga. Karena harus lebih banyak berdiam di rumah, berkebun jadi sarana refreshing bagi beliau. Terlalu asyik berkebun, kadang beliau lupa waktu dan terlambat makan, akibatnya jadi masuk angin.

Bicara soal masuk angin, ini memang salah satu kelemahan Ibu saya. Kesehatan beliau baik secara umum. Hipertensi terkendali dengan obat rutin, kadar gula dan kolesterol tidak pernah tinggi, bahkan batuk pilek pun sangat jarang. Urusan makan tidak ada alergi atau pantangan, malah seusia itu beliau masih bisa makan pedas dan asam asalkan jumlahnya tidak berlebihan. Pencernaan baik, tidak mudah diare, tapi hanya satu musuhnya yaitu masuk angin. Dunia medis boleh tidak mengakui masuk angin sebagai diagnosa, namun kenyataannya masuk angin bisa berakibat cukup parah bagi kami (iyess, saya pun lemah terhadap masuk angin). Pusing, mual, tidak selera makan, perut melilit, bahkan diare hingga 2-3 hari pernah dialami hanya karena masuk angin.

Sebagai gangguan kesehatan yang “Indonesia banget”, masuk angin sebaiknya diatasi dengan cara ala Indonesia juga, apa lagi kalau bukan herbal. Pengobatan dari luar bisa dengan mengoleskan minyak kayu putih atau balsem hangat, namun tak kalah penting mengatasinya dari dalam. Herbal yang dikenal ampuh mengatasi masuk angin salah satunya adalah jahe.

Herbal Favorit Ibuku
Jahe
(Zingiber officinale) khasiatnya diakui secara internasional melalui berbagai jurnal kesehatan (browsing sendiri ya, banyak kok artikel dari sumber tepercaya yang memuat data ini). Tak sekedar menghangatkan tubuh, jahe memiliki manfaat yang dahsyat, diantaranya:

  • Mengatasi masalah pencernaan berkat zat phenolic yang berfungsi membantu mencegah iritasi saluran pencernaan, meningkatkan nafsu makan, mengurangi perut kembung, dan mengatur laju pergerakan makanan di saluran pencernaan.
  • Membantu menurunkan kolesterol dan mencegah aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah).
  • Membantu meredakan sakit otot karena mengandung zat anti peradangan.
  • Menangkal infeksi bakteri dan virus karena memiliki kandungan gingerol yang bersifat anti inflamasi dan antioksidan.
  • Membantu mengurangi gejala nyeri saat menstruasi.
  • Meredakan gejala morning sickness pada awal kehamilan (harus seijin dokter kandungan.

Melihat manfaatnya terhadap virus, tak heran kalau jahe banyak diburu orang semenjak berlangsung pandemi.

Sumber: www.dentistcorpuschristitexas.com/oral-health-benefits-ginger

Virus Corona kian merajalela di Jakarta, tiap hari pertambahan kasusnya masih tinggi. Makin cemas lagi karena tetangga persis di sebelah rumah telah terpapar. Tidak hanya satu, melainkan 4 dari 6 orang penghuni rumah mereka positif Corona. 3 orang diisolasi di Wisma Atlet Kemayoran dengan gejala ringan dan 1 orang isolasi mandiri di rumah karena tanpa gejala. Meskipun tak pernah kontak langsung dengan mereka, tetap saja saya makin khawatir dengan Ibu yang tergolong usia rentan. Kesehatan dan daya tahan tubuh beliau harus betul-betul dijaga, karena menurunnya imunitas bisa menjadi “pintu” masuknya virus Covid-19. Asupan makanan bergizi yang seimbang, multivitamin, plus food supplement (saat diperlukan) rutin dikonsumsi. Gangguan kesehatan apapun tidak boleh dibiarkan, termasuk yang kelihatannya sepele seperti masuk angin.

Ibu saya selalu mendahulukan kepentingan keluarga, untuk dirinya sendiri nomor kesekian. Sudah capek mengurus rumah, boro-boro mau bikin herbal. Kalau sudah begini saya harus mengambil alih, tapi... bikin sari jahe from scratch? Duh, repot! Meski caranya mudah: parut/blender-peras-saring-rebus, tapi prosesnya makan waktu, belum lagi cucian setelahnya.. arrgghh! Kebutuhan kami hanya 1-2 gelas sekali minum, padahal membuat sedikit atau banyak repotnya sama. Mau buat sekaligus banyak lalu disimpan, takut rasa dan khasiatnya berkurang. Dilema.

Beruntung, saya sudah punya solusinya! Sejak beberapa tahun lalu saya mengenal Herbadrink dari teman-teman komunitas. Variannya ada banyak, salah satunya tentu saja Herbadrink Sari Jahe yang jadi favorit Ibu saya. Khasiatnya tidak diragukan lagi karena Herbadrink Sari Jahe terbuat dari bahan alami pilihan yang berkualitas, diproduksi dengan teknologi modern oleh produsen yang sudah ternama, Konimex.


Selain rasa yang enak, kemasannya berupa sachet yang praktis untuk di rumah maupun dibawa saat bepergian. Takarannya pas untuk satu cangkir, cukup diseduh dengan air hangat (bahkan bisa dengan air suhu ruang biasa), aduk, siap minum. Dinikmati hangat dikala hari hujan atau ditambah es saat minum di siang hari yang panas, dua-duanya Ibu saya suka. “Hangatnya di badan langsung terasa”, kata beliau.

Masa pandemi tidak bisa keluar rumah untuk beli Herbadrink Sari Jahe? No worries! Cukup gunakan jari untuk belanja di official online store lewat marketplace atau e-store di website Herbadrink. Belanja aman dari rumah, stock Herbadrink pun aman tersedia. Jadi lebih PeDe dalam menghadapi virus Corona yang masih merajalela.

Sejak kenal Herbadrink, saya bisa menyajikan sari jahe untuk Ibu kapanpun dibutuhkan. Ibu saya jadi punya waktu menikmati secangkir sari jahe hangat sambil santai sejenak di kebun. Herbadrink Sari Jahe inilah rahasia sehat untuk Ibuku yang aktif.

#KebaikanAlamiHerbadrink Sari Jahe memang juara, seperti halnya Ibu yang selalu juara di hatiku.

Comments

Popular Posts