Pamor Sang Pangeran, Menyambut Kembalinya Pusaka Pangeran Diponegoro ke Tanah Air

Siapa tidak kenal Pangeran Diponegoro?


Dulu di SD pastinya belajar sejarah Perang Diponegoro ‘kan ya? Ada yang tidak sekolah di Indonesia, atau tidak tahu sama sekali tentang Pangeran Diponegoro? Aduh, sedih amat... buruan deh cari tahu! Sebagai warga negara yang baik, selayaknya kita mengenal, atau setidaknya mengetahui, agar bisa menghargai jasa para pahlawan nasional.


Kepo? Kepingin tahu lebih banyak? Gaess, di Museum Nasional sedang ada pameran istimewa mengenai Pangeran Diponegoro yang sangat layak dikunjungi!


Kalau di pelajaran sejarah SD dulu lebih berfokus pada sisi kepahlawanan dan perangnya sendiri, pameran ini melengkapinya dengan kisah mengenai latar belakang Pangeran Diponegoro secara lebih detil. Tak kalah menarik, pameran bertajuk “Pamor Sang Pangeran” disajikan dalam format kekinian yang tentunya bertujuan menarik kaum milenial untuk datang menyaksikan. Apa istimewanya? Se-kekinian apa penyajiannya? Ikuti terus sampai akhir ya...


Pertama-tama, sebelum ada yang bertanya soal keamanan terkait kondisi pandemi, pameran ini SANGAT AMAN karena sudah diatur sedemikian rupa sesuai protokol kesehatan. Sebelum datang, pengunjung harus mendaftar dengan mengisi formulir online disini untuk memilih tanggal kedatangan serta sesi waktu yang diinginkan. Per sesi berdurasi 60 menit dan ada 5 sesi yang tersedia setiap harinya. Setelah mendaftar, calon pengunjung akan dikirimkan QR code lewat email yang berfungsi sebagai tiket masuk pameran. So, pameran ini GRATIS ya, Gaes! Hanya bayar tiket masuk Museum Nasional saja dan kalian bisa sekaligus explore seluruh isi museum sepuasnya.


Pada hari dan waktu yang sudah dipilih, sebaiknya datang lebih awal minimal 15 menit sebelum sesi dimulai. Kenapa? Karena selain scan QR code kita juga diminta mengisi buku tamu di meja registrasi. “Emang berapa lama sih isi buku tamu doang?” Yaa.. kalau masih sepi sih cepat tidak sampai 5 menit, tapi kalau kebetulan banyak pengunjung datang berbarengan ‘kan harus antri untuk giliran mengisi. Kayak saya dong datang paling awal, bahkan sejak museumnya belum buka.. wkwkwk...


Souvenir GRATIS yang bermanfaat: masker!


Di area registrasi tersedia tempat tunggu dengan kursi yang disusun sesuai ketentuan physical distancing. Sambil menunggu kita bisa menonton video teaser di layar besar yang diputar non-stop.


Tiba waktunya sesi dimulai (tepat waktu lho, thumbs up!) petugas mengarahkan kita ke ruangan pameran. Sebelum masuk akan di-cek suhu tubuh lagi dan diminta menggunakan hand sanitizer yang tersedia di depan pintu masuk. 


Ruang pameran dominan hitam dengan pencahayaan remang, tidak besar, bentuknya seperti mini teater dengan tempat duduk bertingkat. Saya lihat ada proyektor, tapi tidak ada layar. Di bagian depan hanya ada panggung kecil dan sebuah meja. Bakal seperti apa presentasinya?



Sebelum mulai, petugas menjelaskan peraturan yang berlaku, terutama bagian yang boleh direkam/difoto maupun yang tidak. Setelahnya host yang berperan sebagai pendongeng segera maju ke panggung membuka acara. Penyampaian dongeng sangat menarik dan kekinian, yaitu dengan teknik video mapping dibarengi cerita sang pendongeng yang ekspresif. Keren banget!


Kebetulan saya berkunjung pada tanggal 11 November, dimana bertepatan dengan tanggal lahir Pangeran Diponegoro, maka di akhir sesi dongeng ada “mini quiz” berhadiah tote bag kain dari penyelenggara. Sayangnya saya kalah cepat menjawab pertanyaan jadi ngga dapat deh... 


Beranjak ke bagian selanjutnya, pengunjung masuk ke ruang pameran yang lebih besar dan lebih terang dari teater tadi. Rupanya disinilah hall utama pameran, tempat benda-benda pusaka Pangeran Diponegoro dipajang. Di ruang ini juga terdapat hologram real size Pangeran Diponegoro beserta kuda kesayangannya Kanjeng Kiai Gentayu yang legendaris. 


Adapun benda pusaka yang dipamerkan yaitu Tombak Kanjeng Kiai Rondhan, Pelana Kuda Kanjeng Kiai Gentayu, dan Payung Kebesaran Pangeran Diponegoro. Ketiga pusaka ini paling awal dikembalikan ke Indonesia yaitu pada tanggal 7 Oktober 1977. Selanjutnya ada Tongkat Kanjeng Kiai Cokro yang secara formal kembali ke Indonesia pada 5 Oktober 2015. Penjelasan singkat mengenai benda-benda pusaka terpampang secara menarik di sekitar display sehingga pengunjung dapat memahami latar belakang masing-masing pusaka. Di bagian akhir ruangan ini ada layar besar yang memutar animasi kisah Pangeran Diponegoro. Sayang sekali saya hanya kebagian menonton bagian akhirnya saja karena terlalu asyik mengamati benda pusaka. Saya sengaja fokus ke benda pusaka dahulu dengan asumsi film animasi tersebut diputar berulang, namun kenyataannya tidak ada cukup waktu untuk itu. Petugas pun sudah mengarahkan ke ruang berikutnya karena sesi kami sudah hampir habis.

Tombak Kanjeng Kiai Rondhan

Penjelasan terkait benda pusaka, tampilannya enak dibaca!


Pintu menuju ruang ketiga didesain untuk “memaksa” pengunjung masuk dalam posisi membungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan. Yes, di ruangan inilah dipamerkan pusaka penting milik Pangeran Diponegoro yang baru saja kembali ke tanah air pada 5 Maret 2020 dan baru pertama kalinya dipamerkan untuk umum. Keris bersejarah bernama Kanjeng Kiai Nogo Siluman beserta selongsong atau sarungnya ditempatkan pada display berputar. 

Saya tidak paham keris dan maknanya, namun jika dilihat sebagai sebuah karya seni, keris berbahan besi hitam dan emas ini terlihat indah dan elegan, dengan ukiran rumit dan detil dari pangkal hingga ujung bilah. Sempat dinyatakan hilang selama 150 tahun di Belanda, proses menemukan dan identifikasinya cukup sulit sehingga memerlukan riset dalam waktu panjang sampai akhirnya keris bisa “pulang” ke Indonesia.


Keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman yang baru "pulang"

Ruangan terakhir ini boleh paling kecil, tapi merupakan klimaks dari keseluruhan pameran “Pamor Sang Pangeran”.


Senang banget bisa mengunjungi pameran valuable ini. Sejujurnya saya belum terlalu puas karena keterbatasan waktu, menyebabkan ada bagian-bagian yang terlewatkan seperti film animasi dan display lukisan-lukisan terkait Pangeran Diponegoro. Mungkin saya perlu kunjungan kedua agar puas mengamati semua bagiannya. Oh iya... saat melihat benda pusaka jangan lupa perhatikan ke bawah, ya.. ada pembatas unik yang tidak boleh dilewati apalagi diinjak. Penasaran? Makanya datang dan lihat sendiri!


Tips agar LEBIH AMAN ke pameran:

  1. Benar-benar jujur menjawab pertanyaan saat mengisi formulir pendaftaran. Dengan demikian kita bisa saling menjaga kesehatan/keamanan sesama pengunjung. Jangan egois yaa...
  2. Hindari weekend, karena pasti lebih ramai dan akan lebih sulit memilih sesi waktu yang diinginkan (kuota lebih cepat habis). Bagi yang ngantor cobalah ambil cuti atau ijin setengah hari, seru lho!
  3. Kalaupun terpaksa datang saat weekend, pilih sesi kunjungan yang “tidak favorit”, misalnya yang paling pagi/awal.
  4. Di tempat pameran, tentunya selalu menerapkan 3M secara mandiri dan ikuti arahan petugas.

Pameran masih berlangsung sampai dengan 26 November 2020

Better jangan tunggu sampai hari terakhir, daripada menyesal 'ngga kebagian sesi waktu.

Tunggu apa lagi, Gaes? Kuy, langsung daftar disini dan berangkaaatt!

Comments

Popular Posts