Sensasi Gudeg Dalam Kaleng

Makanan khas dari kota Yogyakarta ini sudah lazim dijumpai di berbagai kota di luar daerah asalnya sendiri, termasuk di ibukota. Makanan apa sih, yang tidak ada di Jakarta? 
Gudeg. Tak sulit mencarinya, banyak yang menjual, mulai dari yang murah hingga yang mahal. Tapi… gudeg kalengan?

Memang bukan hal baru, karena saya pernah melihat liputan di TV mengenai salah satu pembuat gudeg ternama di Yogya yang mempelopori pengemasan gudeg dalam kaleng bekerja sama dengan LIPI. Sebuah inovasi menarik, dengan demikian gudeg berpotensi menjadi makanan yang mendunia karena bisa diekspor. Jujur saya penasaran sebenarnya, tapi belum terpikir untuk khusus mencari dan membelinya. Saya pikir, nanti saja kalau kebetulan sedang berkunjung ke Yogya langsung baru iseng-iseng membelinya.

Hingga suatu hari…
Ada iklan diskon besar di sebuah website marketplace. Salah satu barang yang di-diskon besar adalah gudeg kalengan asli dari Yogyakarta. Memang benar ya, diskon itu bisa jadi “racun” paling ampuh dalam berbelanja. Alhasil saya pun sukses menyelesaikan transaksi gudeg kalengan harga diskon tersebut. Untuk paket berisi dua kaleng gudeg saya cukup membayar Rp 39.000,- saja dan sedang ada promo bebas ongkos pengiriman pula!



Dua kaleng gudeg tiba di alamat saya. Kalengnya sedikit penyok di bagian atas dan bawah karena dikirimkan hanya berlapis selembar bubble wrap. Tampilan labelnya sederhana namun cukup apik dan rapi. Pada label tertera lengkap logo halal, berat bersih, dan tanggal kadaluarsa. Penutup kaleng menggunakan pengungkit sehingga dapat langsung dibuka, tidak perlu repot menggunakan pembuka kaleng lagi, which is good!

Apa saja isi kaleng ini?
Ketika dibuka, tampak isi di dalamnya sangat penuh dan padat. Ternyata benar, ketika dikeluarkan isinya dapat memenuhi satu mangkuk ukuran sedang. Gudeg yang dikalengkan seperti ini tentunya jenis gudeg kering yang lebih tahan lama. Dalam satu kaleng (netto 300 gram) berisi:
- Gudeg dengan areh
- Sebutir telur bebek
- Sepotong tahu segitiga
- Sambal goreng krecek
- Sambal tempe
Wah, lengkap ya!



Mari kita bahas satu persatu komponen isinya.

Gudeg
Nangka muda yang menjadi bahan baku utama gudeg dipotong kecil-kecil, sehingga tekstur nangka mudanya terasa lebih lembut/halus. Areh yang terbuat dari santan kelapa di sini berwarna kecoklatan menyerupai gudeg dan sudah bercampur dengan sebagian nangka mudanya. Lidah saya merasakan komposisi bumbu gudeg sudah pas, tidak terlalu manis, dan meresap sempurna ke nangka muda secara merata. Meskipun demikian, ada sedikit aroma yang membedakan antara masakan yang sudah disimpan lama dengan yang baru dimasak. Tidak terlalu mengganggu, tetapi tetap berbeda bagi saya.

Telur
Telur dimasak dengan bumbu yang sama dengan bumbu gudeg sehingga berwarna kecoklatan. Meskipun menggunakan telur bebek, tidak ada aroma amis sama sekali karena bumbu sudah meresap dengan baik. Tekstur telur pun tidak kering atau keras, masih cukup empuk seperti baru dimasak.

Tahu
Tahu yang digunakan jenis yang sudah digoreng sebelum dimasak (bagian luarnya berwarna coklat). Biasanya tahu ini juga ikut dimasak bersamaan dengan gudegnya. Sepotong tahu yang hanya satu-satunya ini terasa agak kering, sudah tidak moist lagi, mungkin karena proses masak dan penyimpanan (dalam kaleng) yang sudah cukup lama.

Sambal Goreng Krecek
Gudeg memang tidak lengkap tanpa krecek. Bagusnya, krecek yang menyertai gudeg ini enak sekali. Teksturnya lembut, tidak terlalu kenyal/alot, dan mudah dikunyah, juga tidak terlalu pedas. Menurut saya pribadi porsi krecek agak kurang banyak nih.. jadi rebutan, deh! Hehehe...

Sambal Tempe
Gudeg yang saya makan di Jakarta biasanya hanya memakai sambal biasa, tapi ini justru memakai sambal tempe. Ternyata enak ya makan gudeg dengan sambal tempe, apalagi sambalnya tidak terlalu pedas, cocok untuk kami sekeluarga yang tidak terlalu suka sambal pedas.



Gudeg Kaleng Bu Lies sendiri rupanya sudah cukup ternama. Dari berbagai referensi online yang saya baca, banyak tanggapan positif untuk merek gudeg kalengan Bu Lies, diantara sekian banyak gudeg kalengan yang bermunculan di Yogya. Faktor inovasi dalam hal rasa dan kualitas pengemasan menjadi perhatian besar Gudeg Kaleng Bu Lies. Hingga sekarang merek ini sudah mempunyai beberapa varian selain Gudeg Wijilan, yaitu Sambal Krecek, Gudeg Ayam, dan yang terbaru Gudeg Mercon (super pedas, dicampur dengan sambal mercon khas Yogya). Untuk masalah hygiene dan mutu kemasan, Gudeg Kaleng Bu Lies bekerja sama dengan LIPI untuk proses pasteurisasi dalam pengemasan sehingga isinya bisa tahan hingga 1 tahun, meskipun dijamin tanpa menggunakan bahan pengawet.



Secara keseluruhan gudeg kalengan ini cukup memuaskan dan cocok dengan selera kami sekeluarga. Sesuai ekspektasi, rasanya tergolong enak dan gudeg ini sehat karena bebas MSG. Porsi dalam setiap kemasan cukup banyak, cukup untuk lauk makan nasi 3-4 porsi. Terjawab sudah rasa penasaran saya mencicipi gudeg dalam kaleng yang memang memiliki sensasi tersendiri.

Bagaimana pun juga, gudeg yang dikalengkan memang “kalah” dengan gudeg yang fresh baru dimasak. Bagi kita yang bisa mendapatkan gudeg dengan mudah kapan pun diinginkan, mungkin gudeg kalengan tidak akan jadi pilihan utama. Gudeg siap saji seperti ini lebih cocok bagi penggemar gudeg yang tinggal atau sedang menetap sementara di luar negeri, sebagai "obat kangen" masakan rumah. Selain untuk pasar lokal, gudeg kalengan sangat bagus diperkenalkan sebagai buah tangan khas Yogyakarta untuk turis  mancanegara yang banyak berdatangan, sehingga terbuka kesempatan memperkenalkan makanan tradisional Indonesia ke kancah internasional.


Gudeg Wijilan Bu Lies
Jl. Wijilan No. 5 Kraton, Yogyakarta, DIY
Facebook: Gudeg Wijilan Bu Lies     Twitter: @GudegKaleng
Website: www.gudegbulies.com (coming soon)

Comments

Post a Comment

Popular Posts