Jelajah Sulawesi-Maluku Lewat Perut ala Signatures, Hotel Indonesia Kempinski


Masih dalam rangka memperingati 70 Tahun Kemerdekaan indonesia, Hotel Indonesia Kempinski lewat Signatures Restaurant secara khusus menghadirkan aneka kuliner tradisional nusantara bertajuk "5 Islands in 5 Weeks". Selama lima minggu penuh, keragaman kuliner dari lima pulau di Indonesia disajikan di sini, dengan jadwal sebagai berikut:
  • Sumatra: 5-11 Agustus 2015
  • Jawa: 12-18 Agustus 2015
  • Bali-Lombok: 19-25 Agustus 2015
  • Kalimantan: 26 Agustus - 1 September 2015
  • Sulawesi-Maluku: 2-8 September 2015
Pilihan saya jatuh pada minggu terakhir dengan hidangan khas Sulawesi-Maluku. Selain karena slot waktu yang baru tersedia, belum banyak kuliner khas dari kedua wilayah tersebut yang sudah saya coba secara langsung. Baru seujung Sulawesi Selatan yang sudah sempat saya eksplorasi kulinernya, oleh karena itu kesempatan "bertualang" kuliner Sulawesi-Maluku dalam sehari amatlah sayang jika dilewatkan.




Signatures Restaurant terletak di lantai dasar Hotel Indonesia Kempinski, berdekatan dengan lobby hotel. Area restoran cukup luas, dengan dominasi material kayu pada lantai dan langit-langit. Selain area outdoor di halaman belakang, ada pula area semi outdoor di kedua tepi restoran dengan atap dan dinding kaca dihiasi pelat-pelat logam keemasan berbentuk ukiran ornamen. Di siang hari yang cerah, area semi outdoor menjadi pilihan tepat untuk berfoto ria namun tidak perlu kepanasan.



Keseluruhan restoran benuansa klasik-modern, disesuaikan dengan arsitektur asli Hotel Indonesia yang masih tetap dipertahankan. Pernik interior dan perangkat saji makanan pun berpadu antara modern dan tradisional Indonesia, membuat pengunjung dapat merasakan suasana "nostalgia" di hotel legendaris ini. Aneka makanan tersaji lengkap dengan sistem buffet, mulai dari appetizer hingga dessert, dari menu khas nusantara hingga internasional, siap memuaskan selera pengunjung.


Air Goraka
Minuman tradisional dari Halmahera, Maluku yang berfungsi sebagai minuman penghangat tubuh. Bahan dasarnya adalah jahe (aslinya menggunakan jahe merah), gula aren, dan kenari. Ketika saya coba, memang benar aroma dan hangatnya jahe kuat terasa, namun tidak sampai pahit.



Gohu Pepaya dan Udang
Penjelasan mudahnya, ini adalah salad pepaya muda (mentah) dengan topping udang. Sepintas agak mirip dengan salad pepaya ala Thai namun sausnya tidak menggunakan kecap ikan. Makanan khas dari Maluku ini cita rasanya asam, manis, segar, dan light karena tidak menggunakan banyak rempah. Gohu pepaya yang aslinya tanpa topping di sini disajikan dengan potongan udang rebus yang memperkaya rasa dan tekstur. Pastinya semakin nikmat karena udangnya fresh dan dimasak pada tingkat kematangan tepat.







Gohu Ikan Tuna
Potongan ikan tuna mentah (raw) yang "dimatangkan" dengan campuran bumbu yang terdiri dari bawang merah, cabai rawit, dan daun kemangi. Di resep aslinya, gohu ikan menggunakan lemon cui untuk "mematangkan" daging ikan segar, tetapi saya tidak begitu merasakan ada aroma lemon tersebut di menu ini. Saya sendiri sebenarnya tidak suka ikan mentah, namun karena penasaran akan rasanya, maka saya coba juga sepotong kecil dengan bumbu yang banyak. Diluar dugaan rasanya enak, sama sekali tidak amis, dan saya tidak kesulitan menelan potongan ikan mentah tersebut. 





Landau Lauk Pare
Seperti hidangan Kalimantan, ternyata Landau Lauk Pare ada jug di hidangan Sulawesi. Menyerupai gohu ikan, pare mentah yang diiris tipis dimasak dengan minyak dan dibumbui dengan bawang merah, cabai, dan kemangi. Rasa pahit dari pare pastinya masih ada, namun aroma bumbu yang cukup kuat sedikit mengalihkan rasa pahit tersebut.





Tinutuan (Bubur Manado)
Saya suka bubur Manado. Rasanya unik karena bercampur antara bubur yang sedikit asin-gurih dengan pipilan jagung manis, potongan kecil ubi manis, labu, serta bayam. Biasanya bubur Manado dilengkapi dengan potongan ikan asin, namun di Signatures hanya tersedia sambal roa sebagai pelengkapnya. Tak tanggung-tanggung, pedasnya sambal roa sangat mantap alias pedas banget untuk ukuran lidah saya. Apa daya, karena memang enak, saya campurkan cukup banyak ke dalam bubur... HOT!!






Sayur Bunga Pepaya
Ibarat sayur daun singkong di masakan Padang, sayur bunga pepaya hampir selalu ada di restoran maupun warung yang menjual masakan Manado. Sayur bunga pepaya bisa menjadi lauk pelengkap bersama hidangan lain atau bisa juga dimakan hanya dengan nasi putih hangat. Meskipun sedikit pahit, saya masih dapat menikmati bumbunya yang pas dan tidak terlalu pedas.







Udang Tuturuga
Udang kupas dimasak dengan santan dan aneka rempah khas Manado. Perpaduan rasa di bumbunya balance, tidak terlalu pedas, kepekatan kuah pas, dan pastinya udang yang masih segar dimasak pada tingkat kematangan tepat sehingga dagingnya masih kenyal dan terasa manis. Sebagai penggemar udang saya suka menu ini, rasanya ingin tambah terus!





Nasi Kuning Manado
Sengaja saya coba sedikit saja, karena masih harus "menyisakan" ruang di perut untuk hidangan lainnya. Nasi kuning Manado mempunyai pelengkap yang berbeda dari nasi kuning ala Jawa. Kering kentang, abon cakalang rica, dan sambal kenari menjadikan cita rasa nasi kuning ini "Manado banget". Untuk saya pribadi, abon cakalang dan sambal kenarinya yang tidak terlalu pedas sangatlah istimewa.





Sayur Poki-Poki Masak Santan
Hidangan khas Gorontalo yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Terong dan potongan ikan tuna asap yang dimasak dengan santan, sekilas tampak seperti lodeh karena kuahnya putih. Terong tidak over-cooked, dan kuah santannya gurih tetapi tidak terlalu pekat atau kental.





Daging Pantallo Pamarason



Menu ini saya kenal karena sudah pernah mencoba langsung di daerah asalnya, Tana Toraja. Bumbu utamanya menggunakan kluwek/keluak (Pangium edule) atau pamarrasan dalam bahasa setempat, menjadikannya berwarna coklat gelap, bahkan yang di Toraja sana nyaris hitam. Di tempat asalnya, daging yang umum digunakan adalah daging babi. Kebetulan yang saya coba di Toraja daging babinya agak keras dan beraroma kuat alias prengus, meskipun bumbunya sedap. Senangnya saya, karena Signatures menggunakan daging sapi berkualitas baik yang empuk dan juicy. Rasa bumbu rempah pun tidak jauh berbeda dengan yang saya cicipi di Toraja, sama-sama enak, hanya versi Signatures lebih berkuah. 





Coto Makasar
Coto Makasar versi Signatures kuahnya enak, gurih, namun masih terasa light. Daging sapinya empuk dan mudah memakannya karena dipotong kecil-kecil. Jangan lupa menambahkan condiment telur rebus, irisan daun bawang, bawang merah goreng, serta perasan jeruk nipis agar rasanya lebih mantap.





Es Palu Butung
Makanan penutup khas Makasar ini sedikit dimodifikasi menggunakan es krim kelapa dan sorbet strawberry sebagai pengganti bubur sumsum dan sirup di versi aslinya. Saya tak sempat mencoba langsung ketika di Makasar, namun versi Signatures ini di lidah saya terasa menyegarkan dan cocok dimakan sehabis menyantap aneka hidangan gurih sebagai makanan utama. Porsi mini juga tepat sehingga tidak membuat kekenyangan, kalau satu porsi belum cukup masih bisa tambah, 'koq! *grin*




Klapertaart
Dessert khas Manado yang disajikan Signatures "tampil beda" dalam gelas sloki bening. Porsinya tergolong kecil untuk satu orang, namun justru pas untuk saya sehingga tidak membuat machtig. Dari segi rasa saya tidak ada komplain, tidak berbeda dengan klapertaart yang pernah saya coba di tempat lain, hanya tidak ada lapisan roti di bagian paling atas.





Barongko
Nah, ini juga salah satu dessert khas Bugis yang belum sempat dicoba ketika ke Makasar beberapa tahun silam. Kebetulan sekali di sini ada, tak saya lewatkan untuk mencobanya. Pisang yang dimasak dengan telur, rasanya sedikit unik di lidah namun enak. Tekstur dessert cukup lembut tetapi masih firm, tidak seperti bubur atau berair. Rasa pisang yang asam-manis berpadu serasi dengan gurihnya telur, ditambah aroma khas dari daun pisang yang membungkusnya, semua bercampur dengan balance dan pas.



 

Semua hidangan tematik 
yang disajikan di periode Sulawesi-Maluku ini merupakan kreasi dari Chef Petty Pandean Elliot atau lebih dikenal sebagai Chef Petty Elliott. Beliau belajar memasak secara otodidak, diawali dari resep keluarga terutama neneknya. Dari kegemarannya travelling dan memasak, beliau mengeksplorasi resep-resep otentik Indonesia untuk lebih memperkenalkan potensi kuliner tradisional Indonesia ke masyarakat luas.

Puas sekali mencicipi aneka hidangan Sulawesi-Maluku yang disajikan Signatures Restaurant. Senang bisa menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai kuliner khas yang belum pernah dicoba, dan mengingat kembali beberapa hidangan yang sudah pernah dinikmati langsung di daerah asalnya. It's nostalgic!

Special thanks to my contributor @LeeZhelong


Buffet price:
Weekday lunch: IDR 265.000/pax
Weekend brunch: IDR 360.000/pax
All week dinner: IDR 285.000/pax


Signatures Restaurant
Hotel Indonesia Kempinski Jakarta
Jl. MH Thamrin No. 1, Jaarta 10310
Tel. +62 21 2358 3800
Facebook: Hotel Indonesia Kempinski Jakarta     Twitter: @KempinskiJKT
Website: www.kempinski.com

Comments

Post a Comment

Popular Posts